Rabu, 30 November 2011

Konjungtor


MACAM-MACAM KONJUNGTOR
 ( lihat tatabahasa baku bahasa Indonesia ! )

 Konjungtor /konjungsi/kata penghubung atau kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa  yang sederajat, yaitu kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.

Konjungtor dibagi menjadi empat kelompok :

1.       KONJUNGTOR KOORDINATIF
Yaitu konjungtor yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang mempunyai status sintaktis yang sama. Konjungtor koordinatif biasanya digunakan dalam kalimat majemuk setara.
Contoh:
dan                 penanda hubungan penambahan
serta                               penanda hubungan pendampingan
atau                                penanda hubungan pemilihan
tetapi                             penanda hubungan perlawanan
melainkan     penanda hubungan perlawanan
padahal                         penanda hubungan pertentangan
sedangkan    penanda hubungan pertentangan         

Contoh: Ibu menjahit pakaian di rumah, sedangkan ayah bekerja di bengkel
                     mobil.  (hubungan eksplisit)

Rabu, 12 Oktober 2011

Kalimat Efektif


Kalimat di katakakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan,gagasan,perasaan maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik,yaitu strukturnya benar,pilihan katanya tepat,hubungan antarbagiannya logis,dan ejaanya pun harus benar.
Dalam hal ini hendaknya di pahami pula bahwa situasi terjadinya komunikasi juga sangat berpengaruh.kalimat yang di pandang cukup efektif dalam pergaulan, belum tentu di pandang efektif jika di pakai dalam situasi resmi, demikian pula sebaliknya. Misalnya kalimat yang di ucapkan kepada tukang becak,” berapa, bang, ke pasar rebo?”kalimat tersebut jelas lebih efektif daripada kalimat lengkap.”Berapa saya harus membayar, bang, bila saya menumpang becak abang ke pasar rebo?”
Yang perlu di perhatikan oleh para siswa dalam membuat karya tulis, baik berupa essay,artikel,ataupun analisis yang bersifat ilmiah adalah penggunaan bahasa secara tepat, yaitu memakai bahasa baku. Hendaknya di sadari bahwa susunan kata yangtidak teratur dan berbelit-belit, penggunaan kata yang tidak tepat makna,dan kesalahan ejaan dapat membuat kalimat tidak efektif.
Konsep kalimat efektif di kenal dalam hubungan fungsi kalimat selaku alat komunikasi. Dalam hubungan ini, setiap kalimat terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan. Apa yang di sampaikan dan di terima itu mungkin berupa ide, gagasan, pesan, pengertian dan informasi. Kalimat di katakana efektif apabila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung denagan sempurna.

A. Unsur-Unsur kalimat
Dilihat dari sudut unsur struktur, kalimat terdiri dari unsur yakni berupa kata. Unsur itulah yang bersama-sama dan menurut system tertentu membangun struktur itu.

1. Subjek
Subyek adalah unsur yang di perkatakan dalam kalimat.
Contoh :
Aku adalah seorang artis.
2. Predikat
Kata yang dalam sebuah kalmat berfungsi memberitahukan apa, mengapa, atau bagaimana subjek itu di sebut prediket.
Contoh:
Aku sebetulnya seoarang artis
3. Pelengkap
Sering kali predikat sebuah kalimat harus di lengkapi lagi dengan unsur lain, sehingga terjadilah suatu pernyataan yang lebih lengkap. Unsur pelengkap biasanya berada di belakang prediket.
Contoh:
Aku tidak menyukai pekerjaan itu.
4. Kata Perangkai
Unsur ini berfungsi merangkaikan dua unsur subyek, dua unsur prediket, atau dua unsur pelengkap di dalam sebuah kalimat. Contoh:
Kegemaranku ialah menulis dan melukis.
5. Kata Penghubung
Kata penghubung berfungsi menghubungkan dua buah informasi di dalam satu kalimat.
Contoh:
Pekerjaan itu tidak kusukai, tapi aku memperoleh penghasilan besar darinya.
6. Frase
Merupakan sebuah kelompok kata dan seringkali berfungsi sebagai keterangan prediket untuk keperluan-keperluan tertentu. Misalnya, keterangan waktu,tempat, sebab dan lain sebagainya.
Contoh:
Rapat akan di lakukan lagi sehabis makan siang.

B. Kalimat dengan Beberapa Pola Kesalahan
Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan sertaperbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif:
1. Penggunaan dua kata yang sama artinya.
a. Sejak dari usia delapan tahun ia telah di tinggal kan ayahnya.
(Sejak usia delapan tahun ia telah di tinggalkan ayahnya.)
b. Hal itu di sebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
(Hal ini di sebabkan perilakunya sendiri yang kurang
menyenangkan.)
c. Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup.
(Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)

2. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku:
a. Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.
(Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)
b. Gereja itu di lola oleh para rohaniawan secara professional.
(Gereja itu di kelola oleh para rohaniawan secara professional.)

3. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ yang tidak tepat
a. Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik.
(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik)
b. Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.
(Rumah sakit tempatorang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih).
4. Pilihan kata yang tidak tepat.
a. Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang bincang dengan masyarakat.
(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri
untuk berbincang-bincang dengan masyarakat.)
5. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti.
a. Sopir bus santoso yang masuk jurang melarikan diri.
(Bus santoso masuk jurang,sopirnya melarikan diri.)

6. Pengulangan kata yang tidak perlu:
a. Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun
(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku)

C. Membuat kalimat efektif
Berikut akan kita lihat kalimat-kalimat yang tidak efektif dan kita akan mencoba membetulkan kesalahan pada kalimat-kalimat itu.
Beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat antara lain:

1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang berlebihan, yang sebenarnya tidak perlu.
Contohnya:
- Banyak tombol-tombol yang dapat anda gunakan.
Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol yang dapat anda gunakan.

2. Kontaminasi
Contoh:
- Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat ini seharusnya: Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

3. Salah pemilihan kata
Contoh:
– Saya mengetahui kalau ia kecewa
Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa

4. Salah Nalar
- Bola gagal masuk gawang.
Seharusnya: Bola idak masuk gawang

5. Kata depan yang tidak perlu
Contoh:
Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Seharusnya: Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

C. Ciri-ciri kalimat efektif
1. Kesatuan Gagasan
Memiliki subyek, prediket, serta unsur lain (O\K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yangdapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak di dukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsure itu merupakan keterangan di tanda oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus di hilangkan).

2. Kesejajaran
Penggunaan bentukan kata atau frasa berimbuhan yang memiliki kesamaan (kesejajaran) baik dalamfungsi maupun bentuknya.
Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di-pula.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara prediket-prediketnya. Yang satu menggunakan prediket aktif,yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan prediket pasif,yakni imbuhan di-. Kalimat itu harus di ubah.
a. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan.
b. Anak itu di tolong kakak dengan di papahnya ke pinggir jalan
3. Kehematan
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata-kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.

Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat di sukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu.
Dalam kata mawar, anyelir, dan melati terkandung makna bunga.

Seharusnya : Mawar, aynelir, dan melati sangat di sukainya
4. Penekanan
Kalimat yang penting harus di beri penekanan.
Caranya:
a. Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan
bagian yang penting di depan kalimat.
- Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
- Pada kesempatan lain,kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
b. Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
- Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam hal ini.
- Kami pun turut dalam kegiatan itu.
- Bisakah dia menyelesaikannya?

c. Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh:
Dalam membina hubungan antar suami istri, antar guru dan murid, antara tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat,di perlukan adanya komunikasi dan sikap saling percaya memahami antara satu dan lainnya.

5. Kelogisan
Kalimat efektif harus mudah di pahami. Dalam hubungan ini unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis / masuk akal.

Contoh:
Waktu dan tempat kami persilakan.
Kalimat ini tidak logis / masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat di persilakan.kalimat tersebut harus di ubah.
Jadi, proses mamindahkan sesuatu mungkin dapat di beri nama secara lebih tepat dengan memilih salah satu di antara kata-kata di atas. Kalau obyeknya sebuah bola, terjadi dalam sebuah bola, itu namanya mengarak, bukan membawa atau melarikan.

a. Hindarkan kata yang klise
Kata klise adalah kata yang kadang-kadang agak sukar di mengeti sehingga sering menimbulkan problem. Peranan kata klise ini besar untuk membuat kalimat kurang efektif, kecuali agaknya pada tempat yang sunggu-sungguh istimewa dan dengan cara yang istimewa pula.
Contoh : Bapak kok gembira sekali, penaka baru terima gaji saja. Dalam hal ini, pembaca akan merasa lebih akrab bila kata penaka.

b. Konotasi dan Denotasi
Kata yang bersifat Denotasi lebih bersifat rasional dan konatasi lebih bersifat emosional. Kata setan, iblis, malaikat, bisa mempunyai arti denotative dan bisa pula konotatif,tergantung pada ada tidaknya unsur emosi dan sikap tertentu yang diberikan pada kata itu.

c. Kata yang tidak familier
Kata yang tidak familier itu pada umumnya adalah istilah asing atau kata yang berasal dari daerah. Pemakaian kata yang familier di kalangan umum, besar pengaruhnya terhadap tenaga sebuah kalimat.lebih-lebih kalau jumlahnya banyak. Tenaga kalimat bisa lemah karenanya. Kaya itu bisa membuat pembaca bosan,terutama kalimat itu menjadi kabur akibat kata tersebut.

D. Pola Yang Efektif
Pola yang efektif sebenarnya tidak ada. Yang ada cara ialah cara yang efektif dalam mengisi pola itu, guna merangkai maksud yang jelas.Dan cara yang efektif itu akan melahirkan kalimat yang efektif pula.
Unsur-unsurnya :

1. Paralelisme
Dalam kalimat yang efektif, gaya paralelisme menempatkan unsure yang setara dalam konstruksi yang sama. Konstruksi yang selarian dan sejalan itu biasanya menempatkan diri dalam hal-hal berikut: sama-sama berbentuk kata kerja, sama-sama berbentuk kata benda.kalau berawalan me sama-sama berawalan me.

Contoh:
Yang di lakukannya selama ini di kampong hanya mengurus pusaka,menyudahkan sawah, menjenguk sanak famili, dan membersihkan kuburan nenek.

2. Repetisi
Kekuatan sebuah kalimat dapat pula di bangkitkan dengan mengulang sebuah kata yang di anggap penting dalam bagian kalimat.
Contohnya:
Mengarang sebuah buku agama berbeda syaratnya dengan mengarang buku cerita fiksi, sedang mengarang untuk surat kabar berlainan ketentuannyadengan mengarang syair.
3. Inversi
Seringkali kalimat efektif dapat di ysahakan dengan membalikkan pola dasarnya. Kalau struktur biasa punya urutan subyek + prediket, maka dalam bentuk inverse jadi terbalik: prediket+subyek. Inversi termasuk sejenis gaya kalimat. Tujuanya sepeti juga tujuan gayakalimat yang lain ialah untuk memberikan efek yang lebih besar. Terjadinya bentuk inversi boleh jadi karena ingin memberi variasi, agar kalimat tidak terlalu menoton.
Contoh:
Besar rumah itu
Roni terkilir kakinya waktu bermain bola.

4. Posisi Frase dan Klausa
Posisi sebuah frase maupun klusa ada kalanya mempengaruhi sebuah kalimat. Sebuah frase atau klausa tang di taruh belakang sebuah kalimat, pengaruhnya akan lain daripada menaruhnya di bagian depan.
Contoh:
Harta bendanya di sita lantaran utangnya banyak di bank.
Lantaran uatangnya banyak di bank, harta bendanya di situ.


E. Kalimat Bervariasi
Kalimat yang efektif itu bervariasi. Di dalam sebuah alinea, kalimat yang bervariasi itu merupakan “ santapan” yang menarik. Kalimat itu dapat meriangkan pembaca, bukan saja karena memahiminya mudah, tetapi karena sifatnya yang menyenangkan.
Jadi, variasi itu sangat penting. Bukan saja dalam kalimatkarya tulis, tapi juga dalam kehidupan pada umumnya; variasilah yang membuat segala sesuatunya terasa indah dan nikamat.

1. Variasi dalam cara memulai
Kalimat pada umumnya dapat di mulai dengan: subyek, prediket, sebuah kata modalitas, sebuah frase, sebuah klausa dan penekanan yang efektif. Penulis yang berpengalaman, pintar sekali menggunakan kalimat-kalimatnya bervariasi. Mereka bukan hanya berisi kalimat yang di mulai dengan subyek atau kata modalitas, prediket, dan sebagainya, akan tetapi mereka beri bervariasi.

2. Variasi dalam panjang-pendek kalimat.
Variasi kalimat bisa pula di usahakan dengan sekaligus mempekerjakan kalimat pendek dan kalimat yang agak panjan. Di sini kalimat singkat dan kalimat panjang mempunyai nilai tersendiri. Kedua jenis ukuran kalimat itu mesti bekerja sama. Lagi pula baik kalimat singkat maupun kalimat panjang punya fungsi tertentu dalam alinea.

3. Variasi dalam Struktur kalimat
Adanya berbagai struktur kalimat dalam sebuah alinea juga besar artinya di lihat dari sudut variasi. Alinea yang demikian biasanya lebih menyenangkan, tidak seperti membaca alinea yang struktur kalimatnya sama semua. Karangan yang efektif mencerminkan keragaman struktur kalimat.

4. Variasi dalam jenis kalimat
Dengan menggunakan berbagai jenis kalimat, anda juga dapat menghasilkan variasi. Itulah sebabnya mengapa penulis yang berpengalaman tidak menggunakan satu jenis kalimat saja dalam karangan mereka.
Patut di ketahui bahwa berdasarkan fungsinya, Ahli-ahli tata bahasa membedakan kalimat atas empat jenis. Pertama, kalimat yang berfungsi memberitahukan sesuatu, di sebut kalimat berita. Kedua, kalimat yang fungsinya menyatakan kehendak, harapan,dan sebagainya, di sebut kalimat pinta. Ketiga ,kalimat yang menyatakan pertanyaan, di namakan kalimat Tanya. Keempat, kalimat yang menyatakan perasaan yang kuat, bernama kalimat seru.


Menganalisis puisi


1.  Mengungkap judul
2.  Mengubah larik puisi dengan memperhatikan
        enjabemen ( perloncatan larik puisi ) :

DOA
                         
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu

Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh

Cahya-Mu panas suci
Tinggal kerdip lilin di malam sunyi

Tuhanku                                   
Aku hilang bentuk
Remuk

Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
Di pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

Ditata menjadi:

//Tuhanku, dalam termangu/aku masih menyebut nama-Mu// Biar susah sungguh/mengingat Kau penuh seluruh//
Cahya-Mu panas suci/tinggal kerdip lilin di kelam sunyi//
Tuhanku, aku hilang bentuk, remuk//Tuhanku aku mengembara di negeri asing//Tuhanku di pintu-Mu aku mengetuk/aku tidak bisa berpaling//


3.  Memperhatikan pertalian makna pada larik dengan
menginterpolasi ( penyisipan: kata, frasa, tanda baca )
 DOA
Tuhanku, dalam (keadaan) termangu, aku masih menyebut nama-Mu. Biar susah sungguh, (aku tetap)mengingat Kau penuh seluruh. Cahayu-Mu panas (namun) suci, (bagiku) tinggal kerdip lilin di kelam sunyi. Tuhanku aku (ke)hilang(an) bentuk, (aku) remuk. Tuhanku, aku ( seperti orang yang) mengembara di negeri asing. Tuhanku, di pintu-Mu aku mengetuk. (Bagaimana pun ) aku tidak bisa berpaling (dari-Mu)

4.  Memperhatikan :
a.   makna lugas ( makna sebenarnya /makna denotasi/makna leksikal ( makna kamus/leksikon )
misal: luka dan bisa kubawa berlari (Chairil Anwar)
Luka adalah bagian tubuh atau bagian lain yang teriris pisau misalnya. Bisa adalah racun/sejenis cairan dari ular yang mematikan.
b.  makna kias (bukan makna sebenarnya/makna konotasi /makna tambahan/makna gramatikal )
Luka dan bisa artinya segala yang membuat kita sakit, menyusahkan hati, dendam dsb.
c.   makna lambang ( makna kias yang tertuju pada simbol atau lambang tertentu )
bintang melambangkan ketuhanan
ibu pertiwi melambangkan tanah air
bunglon melambangkan orang yang tidak punya pendirian
melati melambangkan kesucian
d.  makna citraan (pengimajinasian)
1.    citraan penglihatan :
Teja dan cerawat masih gemilang
Memuramkan bintang mulia raya
Menjadi pudar padam cahaya
Timbul tenggelam berulang-ulang
          (Pagi-pagi, Muh.Yamin)
              2. Citraan pendengaran :
                   Blik-blok, blek-blok
                   Berjam-jam menumbuk padi
                   Ia menyanyi sedikit-sedikit
                   Supaya kuat menumbuk padi
                     (Perempuan Menumbuk Padi, M.R. Dayoh)
              3. Citraan perabaan / perasaan
                   Pikulan berat, beban berat
                   Menekan bahu, bahu lemah
                   Kaki sakit, badan penat
                   Di mana pasar? Masih jauhkah?
                           (Pekerjaan Anak, A. Hasjmi)
              4. Citraan pengecapan:
                   Gula-gula itu memang manis
                    Bunyi sebuah merek promosi
                    Diam-diam bisnis gula-gula memenuhi
      kebutuhan devisa
       ......................................................
              (Gula-gula, Joss Sarhadi)
5. Citraan penciuman:
     Beta bertanam bunga cempaka
     Di tengah halaman tanah pusaka
     Supaya selamanya, segenap ketika
     Harum berbau semerbak belaka
              Gubahan, Muh. Yamin)
6. Citraan gerak:
     Lemah gemulai lembut derana
     Bertiuplah sepantun ribut
     Menuju gunung arah ke sana
     Membawa awan bercampur kabut
        (Gita Gembala, Muh. Yamin)







e.   makna utuh

Chairil Anwar sebagai manusia biasa mengakui bahwa ia bertuhan dan selalu menjalani perintah agamanya. Namun, kedekatan atau keimanannya kepada Tuhan mulai merosot/luntur. Bahkan, ia mulai melupakan Tuhannya. Kehidupannya menjadi tiada berarti. Chairil sadar bahwa manusia itu tidak bisa lepas dari kekuasaan Tuhan. Akhirnya, ia pun kembali berserah diri kepada Tuhan dan bertobat kepada-Nya.
                                                       
Tambahan:
Untuk memahami sebuah puisi sebaiknya kita harus memahami unsur intrinsik (unsur dalam : tema, amanat, nada dan suasana) dan unsur ekstrinsiknya (unsur luar : kondisi masyarakat (kondisi sosial) saat puisi diciptakan, latar belakang kehidupan seniman penciptanya (penyairnya), dan motivasi terciptanya puisi yang bersangkutan  
                                                                         
PARAFRASE
Parafrase adalah mengubah bahasa puisi menjadi bahasa prosa. Memarafrasekan (menyadur) puisi kadang-kadang mudah , kadang-kadang sulit. Untuk mempermudah pemahaman, perhatikan petunjuk di bawah ini:
1.  Bacalah perlahan-lahan secara cermat puisi yang akan Anda sadur
2.  Catat dan carilah makna kata-kata yang sulit dengan menggunakan kamus
3.  Tafsiri makna kata-kata khusus, baik secara kiasan maupun secara lambang
Hal ini merupakan langkah yang paling sulit, karena sifat kiasan/lambang itu sangat individual (personal). Hal ini dapat Anda tempuh melalui:
a.   perenungan sendiri berdasarkan suasana puisi yang bersangkutan
b.  diskusikan dengan teman-teman (guru)
c.   pendekatan dengan pribadi penyairnya melalui: otobiografi/biografinya, wawancara, informasi dari orang lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
4.  Lengkapi baris-baris yang pekat dalam puisi yang bersangkutan, dengan menambahkan bagian-bagian yang sengaja dihilangkanoleh penyairnya.
5.  Beri penanda pertalian : antarbaris dengan baris, antarbait dengan bait
6.  Usahakan menangkap maksud keseluruhan isi puisi (dalam bentuk konsep)
7.  Menceriterakan kembali keseluruhan isi puisi dalam bentuk prosa.
                                                 
Contoh:
       KARANGAN BUNGA
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu

“Ini dari kami bertiga
pita hitam pada karangan bunga
sebab kami ikut berduka
bagi kakak yang ditembak mati siang tadi.”
Tirani, Taufiq Ismail
Langkah-langkah membuat parafrase:
1.  Membaca puisi Karangan Bunga denga perasaan secara cermat, dan perlahan-lahan
2.  Mencatat dan mencari makna kata-kata yang sulit. ( di sini tidak ada yang sulit)
3.  Beberapa kata kias/lambang yang dapat kita jadikan kunci untuk membuat parafrase. ( di sini kata-katanya bermakna lugas, dan tak ada kata kias/lambang)
4.  dan 5 Melengkapi baris-baris yang pekat dengan bagian-bagian yang dihilangkan oleh penyairnya, dan memberi penanda hubungan (bagian-bagian yang untuk melengkapi atau tanda-tanda baca yang ditambahkan diberi tanda kurung).

KARANGAN BUNGA

(ada) tiga (orang) anak kecil
dalam langkah malu-malu (,)
datang ke Salemba
(pada) sore itu (.)

(mereka berkata sambil menyerahkan sesuatu)(,)
“Ini dari kami bertiga (,)
pita hitam pada (sebuah) karangan bunga (.)
(kami serahkan ini) (,) sebab kami ikut berduka
bagi kakak (kami) yang ditembak mati
(pada) siang tadi(.)”

      (6) Menangkap maksud keseluruhan isi puisi ( dalam bentuk konsep)
-        Pada suatu sore tiga orang anak kecil dengan agak malu datang ke Salemba.
-        Mereka menyerahkan sebuah karangan bunga berpita hitam untuk yang mereka anggap kakaknya yang mati ditembak pada siang hari itu.
      (7) Menceriterakan kembali keseluruhan si puisi dalam bentuk prosa yang jelas
            ( menjadi sebuah parafrase atau saduran)
       Pada suatu sore, datanglah tiga orang anak kecil ke Salemba dalam langkah malu-malu. Mereka menyerahkan sebuah karangan bunga yang berpita hitam sebagai tanda ikut berduka cita terhadap kakak mereka (orang yang dianggap kakak) yang telah ditembak mati pada siang hari itu.

    SUBUH
Kalau subuh kedengaran tabuh
Semua sepi sunyi sekali
Bulan seorang tertawa terang
Bintang mutiara bermain cahaya

Terjaga aku tersentak duduk
Terdengar irama panggilan jaya
Naik gembira meremang roma
Terlihat panji terkibar di muka

Seketika teralpa
Masuk bisik hembusan setan
Meredakan darah debur gemuruh
Menjatuhkan kelopak mata terbuka


Terbaring badanku tiada berkuasa
Tertutup mataku berat semata
Terbuka layar gelanggang angan
Terulik hatiku di dalam kelam

Tetapi hatiku, hatiku kecil
Tiada terlayang di awang dendang
Menangis ia bersuara seni
Ibakan panji tiada berdiri.

Nyanyi Sunyi, Amir Hamzah
Langkah membuat parafrase:
1.     Membaca puisi SUBUH denga perasaan, secara cermat dan perlahan.
2.     Mencatat dan mencarai makna kata-kata sulit
Tabuh                   = beduk
Meremang   = seram, tegak (tentang bulu badan)
Roma          = bulu (rambut) yang halus pada tubuh, bulu kuduk
Panji           = bendera (terutama yang berbentuk segi panjang)
Teralpa       = lalai,lengah
Terulik        = tertidur
Dendang     = nyanyian untuk bersenang-senang hati (sambil bekerja)
Awang        = angkasa
Bersuara seni = bersuara kecil tinggi

3.     menafsiri dan mencatat makna kata-kata khusus sebagai kiasan/lambang. Karena sulit, lebih baik didiskusikan dengan teman
panggilan jaya                         = suara azan
terlihat panji terkibar di muka          = terdengar perintah Allah (melakukan
   sembahyang) sudah teringat
darah debur gemuruh     = gairah(semangat) untuk melakukan sembahyang
menjatuhkan kelopak mata terbuka = menjadikan mata terlelap
terbuka layar gelanggang angan = timbul niat untuk bersembahyang
terulik hatiku di dalam kelam = kini tidur pulas dalam kelam
tiada terlayang di awang dendang = terasa tidak merasa tenang dan tidak
                                                           merasa tenteram.
menangis ia bersuara seni  = hatinya menangis menjerit-jerit
Ibakan panji tiada terdiri = menyesali diri karena tidak mematuhi perintah Allah ( sembahyang)
4.     dan 5
Melengkapi baris-baris yang pekat, memberikan penanda hubungan, menggantikan tafsiran makna kias/lambang kepada kata-kata khusus:

SUBUH
Kalau (waktu) subuh kedengaran tabuh (:)
Semua (masih dalam keadaan) sepi sunyi sekali (,)
Bulan (laksana) seorang (yang sedang) tertawa terang (,)
Bintang (laksana) mutiara (yang) bermain cahaya.

Terjaga aku(dengan spontan) dan tersentak (untuk) duduk(<), (karena)
Terdengar irama suara azan (yang membuat hatiku)
Menjadi gembira (dan) tegak bulu kudukku(,) (karena)
Teringat akan perintah Allah untuk bersembahyang.

Seketika teralpa (aku, karena)
Masuk bisikan hembusan setan, (yang)
Meredakan gairah atau semangat untuk bersembahyang(,)dan
Menjadi mata terlelap (,) (sehingga)

Terbaring badanku tiada kuasa(, ) (karena)
Tertutup mataku (dan) berat semata (padahal)
(semula) timbul niat untuk bersembahyang (,)
(tak kusadari) kini aku tidur pulas dalam kelam.

Tetapi hatiku,hati kecilku
Terasa tidak merasa senang dan tenteram (dan)
Menangis menjerit-jerit
Menyesali diri karena tidak mematuhi perintah Allah (untuk bersembahyang) 

(6) Mengungkap maksud keseluruhan isi puisi (dalam bentuk konsep)

SUBUH     
          Waktu subuh terdengar tabuh:
Suasanan di sekelilingnya sepi, bulan dan bintang masih menunjukkan cahayanya yang terang
Mendengar suara azan dengan sepontan ia terjaga dan tersentak duduk, merasa gembira sehingga tegak bulu kuduknya karena masih berkesempatan untuk melakukan sembahyang.
          Tiba-tiba niat itu hilang lenyap karena terpengaruh bisikan setan. Mata menjadi terpejam, tidur pulas dalam kelam, sehingga tidak jadi bersembahyang.
Akibatnya, hati kecilnya selalu tidak merasa senang dan tidak tenteram. Hatinya menangis menjerit-jerit menyesali diri, karena tidak mematuhi perintah Allah untuk bersembahyang .

(7) Menceriterakan kembali keseluruhan isi puisi dalam bentuk prosa yang jelas
 (menjadi sebuah parafrase/saduran)

SUBUH

Pada waktu subuh, terdengar suara tabuh. Suasana keliling sangat sepi. Hanya bulan dan bintang di angkasa masih nampak bercahaya. Pada waktu itu terdengar oleh penyair suara azan. Ia terjaga dan tersentak duduk. Hatinya merasa sangat bahagia karena masih diberi kesempatan untuk menjalankan sembahyang. Demikian gembiranya sehingga berdiri bulu kuduknya. Tetapi tiba-tiba niatnya untuk bersembahyang tersebut hilang karena terperdaya oleh bisikan setan. Matanya kembali terpejam dan hatinya yang tadi bersemangat hendak bersembahyang kini tertidur dalam kelam. Tetapi hati kecilnya tidak dapat tenang. Hati kecilnya menangis, menyesali dirinya yang tidak jadi menjalankan sembahyang.

PERINGATAN

          Dari keterangan-keterangan beserta contoh-contoh di atas, jelas bahwa membuat parafrase /saduran sebuah puisi itu ternyata bukanlah memprosakan puisi itu sebaris demi sebaris, melainkan mengungkapkan kembali keseluruhan isi puisi dalam bentuk prosa, dengan tidak menghilangkan esensi (makna pokok) isi puisi.